21 Mei, Fall of Soeharto
FS - Tanda Tanda Soeharto mau jatuh ada banyak. Salah satunya adalah kepala palu yang lepas saat pengesahan Presiden.
Berikut inilah Hari hari sebelum Pak Harto mengundurkan diri menjadi Presiden :
Kondisi ekonomi Indonesia hancur lebur, kurs rupiah dari sekitar
Rp 2.500,00/ US$ merosot drastis menjadi Rp17.000,00/US$.
22 Januari - Rupiah tembus 17.000,- per dolar AS , IMF tidak menunjukkan rencana bantuannya.
12 Februari - Soeharto menunjuk
Wiranto , menjadi Panglima Angkatan Bersenjata .
5 Maret - Dua puluh mahasiswa
Universitas Indonesia mendatangi
Kompleks Parlemen untuk menyatakan penolakan terhadap pidato pertanggung jawaban presiden yang disampaikan pada Sidang Umum MPR dan menyerahkan agenda reformasi nasional. Mereka diterima Fraksi ABRI
10 Maret - Soeharto terpilih kembali untuk masa jabatan lima tahun yang ketujuh kali dengan menggandeng B.J. Habibie sebagai Wakil Presiden.
14 Maret - Soeharto mengumumkan kabinet baru yang dinamai Kabinet Pembangunan VII . Bob Hasan dan anak Soeharto , Siti Hardiyanti Rukmana , terpilih menjadi menteri.
15 April - Soeharto meminta mahasiswa mengakhiri protes dan kembali ke kampus karena sepanjang bulan ini mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi swasta dan negeri melakukan berunjuk rasa menuntut dilakukannya reformasi politik.
18 April - Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI Jendral Purn. Wiranto dan 14 menteri Kabinet Pembangunan VII mengadakan dialog dengan mahasiswa di Pekan Raya Jakarta namun cukup banyak perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang menolak dialog tersebut.
1 Mei - Soeharto melalui Menteri Dalam Negeri Hartono dan Menteri Penerangan Alwi Dahlan mengatakan bahwa reformasi baru bisa dimulai tahun 2003.
2 Mei
Pernyataan itu diralat dan kemudian dinyatakan bahwa Soeharto mengatakan reformasi bisa dilakukan sejak sekarang (1998).
Mahasiswa di Medan, Bandung dan Yogyakarta menyambut kenaikan harga bahan bakar minyak dengan demonstrasi besar-besaran. Demonstrasi disikapi dengan represif oleh aparat. Di beberapa kampus terjadi bentrokan.
4 Mei - Harga BBM melonjak tajam hingga 71%, disusul tiga hari
kerusuhan di Medan dengan korban sedikitnya 6 meninggal.
7 Mei - Peristiwa Cimanggis , bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan terjadi di kampus Fakultas Teknik Universitas Jayabaya ,
Cimanggis , yang mengakibatkan sedikitnya 52 mahasiswa dibawa ke Rumah Sakit Tugu Ibu, Cimanggis. Dua di antaranya terkena tembakan di leher dan lengan kanan, sedangkan sisanya cedera akibat pentungan rotan dan mengalami iritasi mata akibat gas air mata.
8 Mei
Diperintahkannya Sintong Panjaitan untuk mengawal Soeharto.
Peristiwa Gejayan , 1 mahasiswa
Yogyakarta tewas terbunuh.
9 Mei - Soeharto berangkat seminggu ke Mesir untuk menghadiri pertemuan KTT G-15 . Ini merupakan lawatan terakhirnya keluar negeri sebagai Presiden Indonesia .
12 Mei - Tragedi Trisakti, di mana 4
mahasiswa Universitas Trisakti meninggal setelah ditembak oleh aparat keamanan pada saat
berdemonstrasi di depan kampus Trisakti yang akhirnya menyulut
Kerusuhan Mei 1998 .
13 Mei
Kerusuhan massa bernuansa etnis terjadi di Jakarta dan merebak ke beberapa daerah di Indonesia. Kerusuhan ini dipicu dari insiden Trisakti sehari sebelumnya, di mana 4 orang mahasiswa Universitas Trisakti ditembak oleh aparat yang waktu itu berjaga di atas jembatan layang (flyover ).
Kerusuhan Mei 1998 pecah di
Jakarta. kerusuhan juga terjadi di kota Solo .
Soeharto yang sedang menghadiri pertemuan negara-negara berkembang G-15 di Kairo, Mesir , memutuskan untuk kembali ke
Indonesia . Sebelumnya, dalam pertemuan tatap muka dengan masyarakat Indonesia di Kairo,
Soeharto menyatakan akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia .
Etnis Tionghoa mulai eksodus meninggalkan Indonesia karena terjadinya penzarahan dan pelecehan serta kekerasan seksual.
19 Mei - Ribuan mahasiswa menguasai Kompleks Parlemen menuntut Presiden Indonesia adalah
Suharto mundur.
21 Mei - Soeharto menyatakan mundur dari jabatannya sebagai
Presiden Republik Indonesia , digantikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia saat itu BJ Habibie.
(Wikipedia)